Eh, Sinetron…

Untuk kali ini saya begitu tergila-gila untuk menonton sinetron. Ops, tunggu dulu. Tak sembarang sinetron yang saya tonton. Setelah muak dengan suguhan sinetron yang alangkah banyaknya di beberapa stasiun tv swasta di negeri ini, terutama R***, akhirnya saya menemukan juga salah satu sinetron yang menurut saya tak ada kelirunya apabila saya ikut menonton. (he.. kalimat yang bikin bingung).

Merujuk ke berbagai sinetron yang mereka (stasiun tv) tayangkan selama ini, menurut saya tak ada manfaatnya sedikitpun untuk ditonton. Yang ada hanyalah drama kelebayan dan berbagai alur cerita yang tak masuk di akal. Tak jarang mulut saya turut mengumpat ketika melihat adegan demi adegan dari sinetron yang mereka tayangkan. Daripada saya mengumpat, baiklah saya putuskan pada waktu tertentu saya tidak akan menyetel stasiun tv yang sudah ada dalam blacklist saya.

Nah, kali ini sinetron apakah yang tengah membuat saya tergila-gila? Ah, macam apa sajalah sinetron ini, sehingga membuat saya tergila-gila. Hm, tak lain dan tak bukan sinetron yang saya maksud adalah Ketika Cinta Bertasbih (KCB). Menurut saya, inilah sinetron terbaik untuk saat ini. Itu kan menurut saya, tak tau pula saya bagaimana pendapat Anda. He..
Bagi saya yang awam tentang dunia perfilman, persinetronan, ataupun pertontonan, sinetron KCB cukup memberi arti dalam setiap episodenya. Baiklah, saya tidak akan berlama-lama mengomentari sinetron ini. Namun, di halaman ini saya akan coba menguraikan apa saja yang dapat dipetik dari setiap karakter dan akting tiap lakon di sinetron ini.

Pertama, Ustadz Azzam. Untuk selanjutnya, Azzam saja saya menyebutnya. Dari sosok Azzam saya jadi tahu bagaimana tanggung jawab seorang laki-laki di dalam keluarganya. Ia mampu memimpin keluarganya dan adik-adiknya tentunya. Azzam juga mempunyai kelapangan hati yang sangat ketika ia dihadapkan dengan masalah apapun. Ia tak pernah kelihatan begitu panik, hanya saja ada sedikir raut wajah lusuh, demikian saya menyebutnya.

Kedua, Anna yang diperankan Okky Setiana Dewi. Anna seorang putri kyai tersohor di negerinya menampilkan sosok perempuan solehah dan paham agama. Istri Azzam ini begitu taat beribadah. Tutur bahasa begitu lembut, bersikap sopan dan rajin membantu. Cantik dan berilmu, begitu saya menyimpulkannya.

Ketiga, Husna. Saya begitu tertarik dengan tokoh yang diperankan Meyda Safira ini. Penulis yang baik, perempuan berhati baik, dan berpenampilan menarik. Menurut saya, Husna memiliki penampilan yang melihatkan kesederhanaan. Tak ada yang mencolok. Husna bukanlah perempuan berpenampilan seperti Anna. Ia tak mengenakan gamis seperti yang biasanya dikenakan Anna. Hanya saja, Husna memakai kerudung lebar. Kerudung segiempat seperti kebanyakan orang memakai--termasuk saya--juga sering dikenakan Husna. Husna juga diceritakan sebagai seorang penulis. Semangat Husna untuk menulis berpengaruh sekali kepada saya. Sejak mengikuti sinetron ini saya jadi keranjingan menulis. Menulis apa saja. Mungkin sebagian menganggap tulisan saya banyak yang nggak mutu. He.. biarlah, yang penting saya menulis. Menulis untuk kepuasan batin.

Cukuplah tiga tokoh yang menurut saya tokoh utama itu saja yang saya paparkan. Masih ada, Ilyas, Sarah, Lia, Ustad Mujab, dan lainnya. Mereka tak saya bahas karena terlalu banyak dan jika ada yang membaca tentu akan merasa bosan. Masih menurut saya, kesemua dari tokoh yang ditampilkan di sinetron KCB memiliki karakter yang kuat dalam perannya masing-masing. Banyak pelajaran yang bisa dikutip. Mulai dari persaudaraan, percintaan, keluarga, dan dakwah. Tentu semuanya dari sudut pandang agama islam.

Terlepas dari semua kebaikan dari sinetron KCB yang saya sebutkan di atas, memang sinetron ini juga tak luput dari kekurangan. Saya tahu, banyak juga yang kontra dengan sinetron, pun film KCB. Banyak yang menganggap semuanya ditampilkan begitu berlebihan alias lebay. Bahkan beberapa teman saya berkomentar, “Mana ada orang bisa se-sabar itu? Berlebihan semuanya.” Demikian teman saya mengomentari beberapa peran dari tokoh KCB.

Mungkin ada benarnya komentar teman saya karena kadang-kadang saya pun merasakan hal yang sama. Tapi ada banyak juga bagian dari setiap adegan film dan sinetron itu yang dapat diraih manfaatnya. “Ambil saja yang baiknya, setidaknya kita bisa belajar agama dengan mudah dari sinetron ini,” saya menjawab komentar teman.
Tak ada yang salah ketika ada pro dan kontra terhadap apa pun yang dihadapkan kepada kita. Apalagi persoalan karya. Tak semua karya yang menurut si pembuat bertujuan baik dapat diterima serupa oleh orang yang menikmati karyanya. Begitu pula, ketika saya menyukai sinetron ini dan ada yang begitu jengah, biarlah. Mari kita memilih. Memilih berdasarkan kacamata masing-masing. Kacamata yang merekam dari sudut pandangnya masing-masing.***


*)catatan ini saya tulis ketika saya menginginkan sinetron KCB diputar lagi. Belum lama ini, KCB II telah ditayangkan tapi tak bertahan lama. Tak mencapai 50 episode. Saya tak tau pasti penyebabnya, prasangka saya mungkin karena ratingnya tidak bagus. Stasiun tv lebih mempertahankan sinetron yang memiliki rating bagus dengan menambah-nambahkan episode bahkan season hingga selusin. Ah, sudahlah…!!

0 comments:

Posting Komentar