Sehari Bersama Edcoustic

Palembang, 27 Maret 2011. Ada Konser pada hari itu. Beralamat di Jl. Padang Selasa, bertempat di Aula Pascasarjana Universitas Sriwijaya (Unsri). Jangan mengira pada konser ini akan ada kerumunan penonton yang akan jingkrak-jingkrak selama konser belangsung. Kenapa? Ya, konser kali ini adalah konser nasyid yang diadakan Lembaga Dakwah Kampus Nadwah Unsri, bukan konser group band yang tengah digandrungi kebanyakan anak muda zaman sekarang. Konser adalah salah satu rangkaian acara dalam rangka 1 Dasawarsa LD Nadwah Unsri. Adapun rangkaian acara yang lain berupa, Bedah Buku Fiqh Remaja, Seminar Muslimah, Nadwah Generation to Generation (G2G) dan Jalan Sehat. Nadwah sendiri mengusung tema '10 tahun menebar dakwah demi mempererat ukhuwah untuk nadwah yang semakin dekat dan semakin bermanfaat karena 'nadwah lebih dari sahabat'.

Sebelum konser dimulai, panitia memanjakan Edfriends--sahabat Edcoustic--dengan menyediakan sesi jumpa fans dan foto bareng Edcoustic. Pada sesi ini Edfriends diberi kesempatan untuk bertanya kepada group nasyid yang 'simple' ini. Simple dari segi jumlah anggota. Kenapa tidak, group nasyid yang sudah terkenal kian-kemari ini hanya digawangi dua orang saja. Egie--gitaris dan Aden--vocalis. Dalam kesempatan itu mereka banyak bercerita. Mulai dari sejarah, album, dan segala seluk-beluk tentang Edcoustic.

Kali ini Aden lebih banyak bercerita dibanding Egie. Mungkin selera humor dan bakat entertaint lebih kepada Aden--penilaian saya. Nama dari group nasyid yang mengusung genre pop religi ini juga tergolong simple. Nama Edcoustic hanyalah sebuah singkatan dari Egie dan Deden berAcoustic. Setiap lagu yang disenandungkan hanya diiringi irama acoustic yang telah diolah oleh jemari piawai seorang Egie. Dua pria yang dua-duanya sudah menikah ini dipertemukan pada kegiatan kemahasiswaan di Masjid Salman yang bertempat di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Soal nama, sebelumnya kata Aden, group ini bernama Muhamad Ibrahim Isa Yusuf (MIIY). Tapi MIIY tak sebanding dengan anggota Edcoustic sendiri. Nama yang diambil dari 4 nama nabi tersebut tak bertahan lama. Setelah hijrah ke nama Edcoustic, hingga kini nama itu bertahan seiring dengan kesuksesan group ini. Suasana jumpa Edfriends lumayan seru. Karena Aden yang mengaku mewarisi bakat seni dari bibinya ini mampu mengundang gelak tawa penonton. Ayah dari tiga anak ini juga menceritakan bahwa Edcoustic juga pernah dihujat karena dinilai telah merusak khasanah lagu-lagu nasyid yang sebenarnya. Banyak juga yang keliru menginterpretasikan lagu-lagu gubahan Aden dan Egie.

Pada kesempatan ini, Aden juga berbagi tips dan trik kepada penonton bagaimana menjadi pengarang lagu yang sukses. "Buat lagu sesederhana mungkin, biar orang tidak terlalu pusing menerjemahkan apa yang kita tulis," jelas pria yang juga biasa dipanggil oleh temannya 'Ki Boden' ini. Tak hanya itu, Aden juga menyebutkan kalau Edcoustic tak terlalu sering mengeluarkan album karena biasanya yang bertahan adalah grup yang jarang mengeluarkan album. Mereka ingin menjaga eksistensi, bertahan dengan tetap berkarya. Layaknya Alm. Chrisye yang menjadi inspirasi Aden. Terakhir, group Nasyid yang pernah ditonton hanya 2 orang penonton ini meluncurkan single 'Jalan Masih Panjang' pada 3 Agustus 2010 lau. Single ini mengambil tema motivasi bagi siapapun yang pernah mengalami kegagalan dalam hidupnya, agar terus menatap masa depan dan menjadikan kegagalan tersebut sebagai pemicu semangat untuk meraih kesuksesan.

Temu Edfriends dengan Edcoustic tak berlangsung lama, lebih kurang dua jam. Di penghujung acara, Edcoustic menghadiahkan penonton dengan 3 lagu yang dimedley. Jalan Masih Panjang, Sebiru Hari Ini, dan Menjadi Diriku. Medley yang sungguh membuat tak sabar menanti ba'da Zuhur.

Saat-saat yang dinantipun tiba, apalagi kalau bukan penampilan Edcoustic. Tapi, penonton mesti bersabar dulu, sebelum penampilan Edcoustic konser dibuka oleh group nasyid Unsri, Belisario. Group yang terdiri dari enam pria 'subur' (Aden yang bilang) ini, membawakan lagu mendiang Chrisye yang bertajuk Ketika Tangan dan Kaki Berkata, dilanjutkan dengan lagu 'Bunda' ciptaan Melly Goeslaw. Konser dipandu oleh MC; Feri--Ketua Asosiasi Nasyid Nusantara dan Ike yang sebelumnya juga memandu temu Edfriends. Feri sepertinya sudah biasa membawakan acara. Ia mampu mengimbangi guyonan Aden. Edcoustic pun beraksi. Lagu pembuka, Nantikanku Dibatas Waktu. Lagu fenomenal ini sungguh memikat hati penonton. Ide lagu ini berawal dari kisah salah seorang sahabat Aden. Menceritakan kisah cinta sepasang kekasih yang belum bisa membalas cinta pasangannya. Disebabkan ingin menjaga hati dan tak mau menyalahi ajaran agama.

Lagu kedua, Sebiru Hari Ini. menceritakan pengalaman pribadi Aden yang berpisah dengan salah seorang sahabatnya yang pergi bekerja. Lirik Sebiru Hari Ini begitu sederhana, tapi dalam makna. Setiap kita mungkin pernah mengalami perpisahan dengan sahabat. Lagu ini menurut saya cukup menjadi penyemangat ketika kita tengah dirundung rindu akan sesosok sahabat yang telah jauh--pengalaman saya.

Setelah lagu kedua, konser diselingi oleh sambutan Pembantu Rektor (PR) III Unsri, Prof. Anis Sagaf, saya cukup terkesan dengan beliau. Mengenakan gamis dan peci putih, Prof. ini menyampaikan rasa terimakasih atas jerih payah panitia untuk mendatangkan Edcoustic. Next, lagu ketiga, Pertengkaran Kecil. Kali ini, Edcoustic berkolaborasi dengan Belisario. Aden diapit 3 laki-laki di sisi kanan dan 3 nya lagi di sisi kiri. Di tengah-tengah 6 pria 'subur' Aden terlihat kecil. Hi... Lagu Pertengkaran Kecil semakin indah didengar karena penyanyi asli berpadu dengan group vocal Belisario yang juga tak kalah bagus.

Mengenang bencana gempa dan tsunami Jepang beberapa waktu lalu, Edcoustic menyanyikan lagu campur berbahasa Jepang, Kamisama--yang berarti Ya Tuhanku. Lagu keempat ini diiringi dengan aksi penggalangan dana oleh panitia dengan mengedarkan kotak sumbangan kepada penonton. Aden juga menyebutkan, Edcoustic juga telah menciptakan lagu berjudul 'Ganbatte' khusus untuk korban bencana gempa dan tsunami Jepang.

Kepiawaian Aden menciptakan lagu juga dilirik oleh Melly Goeslaw, sehingga lahirlah karya yang dilabeli Melly dan Aden 'Ketika Cinta Bertasbih'. Tak lupa, Aden juga menyanyikan lagu KCB pada konser ini. Tak sengaja saya mendengar salah seorang penonton nyeletuk,  "Bagusan Aden yang nyanyi ya, daripada ****.." Dalam hati, sayapun meng-iyakan.

Edcoustic begitu kreatif selama penampilan mereka pada konser. Setelah berkolaborasi dengan Belisario, selanjutnya Aden memanggil salah seorang penonton yang mau berduet dengannya. Kali ini, penonton yang berani dan beruntung itu bernama Fajrin. Berpenampilan ala anak gaul, anak muda asal Plaju ini mengenakan celana kecil ke bawah, kaos hitam bergaris-garis putih, diluarnya ditimpali semi jas berwarna coklat. Ternyata tak keliru anggapan saya selama ini. Edcoustic tak hanya digandrungi oleh para 'akhwat' dan 'ikhwan' saja. Anak muda seperti Fajrin pun begitu menyukai. Termasuk saya.. hihi

Tak terasa, MC--Feri, telah memberi aba-aba bahwa konser akan segera berakhir. Teriakan kecewa penonton pun tak terbendungkan. Lima lagu saja, tak cukup 'memuaskan' mereka. Kembali, Aden dan Egie menyuguhkan medley 3 lagu yang sebelumnya juga dinyanyikan pada sesi temu Edfriends.Jalan Masih Panjang, Pertengkaran Kecil, Menjadi Diriku, dilagukan menjadi satu.

Pamungkas, lagu paling fenomenal Edcoustic itu pun diperdengarkan oleh Aden kepada penonton. Ya, Muhasabah Cinta. Lagu yang sudah terkenal sampai ke negeri jiran ini, membuat penonton semakin hanyut akan keindahan lirik dan kedalaman maknanya. Tak lain, Muhasabah Cinta adalah lagu yang diciptakan Aden terinspirasi dari perjalanannya ke rumah sakit. Melihat orang yang tengah sakit, membuat ia menyadari betapa indahnya nikmat sehat itu. Lagu Muhasabah Cinta pada awalnya dipersiapkan oleh Aden untuk soundtrack film Ayat-Ayat Cinta. Namun, apa boleh buat keberuntungan belum berpihak pada Aden. Terlepas dari itu, Muhasabah Cinta memang patut dielu-elukan pecinta Edcoustic dikisahkan banyak sekali yang menjadikan Muhasabah Cinta sebagai obat di kala sakit. Aden membaur ke tengah-tengah penonton, mengajak seisi aula bernyanyi bersama. Jadilah, seisi aula pascasarjana di lantai dua itu ber'Muhasabah Cinta'.

Berakhir lagu Muhasabah Cinta, berakhir pulalah konser yang menyamankan hati itu. Di ujung katanya, Aden berucap lebih kurang begini: "Terimakasih kepada sahabat, dan kami mohon maaf apabila ada khilaf. Kami bukanlah sesosok sempurna layaknya nabi Muhammad, melainkan ingin berperliku seperti beliau," Setuju, saya benar-benar setuju dengan kalimat pamungkas yang keluar dari mulut Aden.
***

Note:
Lewat  tulisan ini, saya berterimakasih kepada:
Edcoustic: untuk lagu-lagu yang indah
Panitia: untuk jerih payah mendatangkan Edcoustic ke Palembang
Syarif: untuk telah memperkenalkan Edcoustic kepada saya


@rukan panggung, Rabu 30th March 2011--4:36AM waktu si kompi.

0 comments:

Posting Komentar