ibuk

seminggu sudah ibuk di sini. dengan tujuan mengantar dan menemani anak mengasuh dua cucu. hari ini ibuk hendak balik ke kampung halaman. tapi tak ada sedikitpun penghargaan dari sang menantu. ibuk hanya ingin sekadar berjalan melihat-lihat kota ini. kota yang sangat terkenal dengan landmark jembatannya. siang kemarin sang menantu menjanjikan untuk mengajak ibuk jalan-jalan. tapi, hingga matahari terbenam tak kunjung jua ada perjalanan itu. ibuk pun bertanya-tanya. tapi, ibuk sangatlah mafhum sang menantu sangatlah sibuk. pun sibuknya tak menentu. pun kemarin adalah hari libur bukan hari kerja.

entah apa yang ada di pikiran sang menantu. telah sedemikian baiknya ibuk, sedemikian sabarnya ibuk, sedemikian mengertinya ibuk, tapi ia tak memandang sedikitpun. ibuk telah bersusah payah membantu mengasuh anaknya tanpa pandang waktu tanpa pandang letih. sang menantu tetap saja sibuk mengutak-atik suatu hal yang tak perlu pada kendaraannya.

sang istri, yang tak lain anak ibuk tak kuasa berbuat apa-apa. kata-kata pasrah pun terlontar dari mulutnya. "ia tak pernah menghargai ibukku, orangnya sungguh lain." kalimat seperti itu akhirnya menguap karena kecewa yang tak terbendung.

di sisi lain dua perempuan muda semenjak kedatangan ibuk merasakan sekali bahwa ibuk adalah sosok ibuk yang sangat ramah, baik dan perhatian. termasuk kepada dua perempuan muda itu. mereka berdua sering sekali merasa iba melihat ibuk yang selalu sibuk mengurus dua cucunya. mencuci, memasak, itu tak lain karena kasih sayang ibuk kepada anaknya. tak jarang juga ibuk memberi perhatian lebih kepada dua perempuan muda itu. "sudah makan nak? ndak istirahat dulu." kata-kata ibuk sungguh menjadi penawar rindu yang masih melekat kepada orangtua masing-masing dua perempuan muda itu.

kemarin dua perempuan turut risau karena hari ini ibuk akan kembali ke kampungnya. mereka risau tak hanya karena kepulangan ibuk, juga sikap menantu ibuk yang tak mau tahu. sempat muncul keinginan mereka untuk mengajak ibuk jalan-jalan di kota ini. singgah ke pusat perbelanjaan dan membelikan oleh-oleh khas daerah ini untuk buah tangan ibuk untuk balik nanti. tapi, niat itu urung. ibuk merasa keberatan. keberatan bukan karena ajakan dua perempuan muda itu. ibuk masih saja merasa tak enak hati jika ia pergi dengan dua perempuan muda. ibuk merasa tak menghargai sang menantu.

ah... aku semakin mengagumi ibuk. perasaannya begitu halus. hatinya begitu mulia. meski ia tak menerima hal yang sama.

0 comments:

Posting Komentar