cerita untuk mentari

aku semakin mengagumimu sang mentari. kau benar-benar tak pernah ingkar janji. kau akan selalu hadir selagi sang Khalik memberikan tugas kepadamu.kali ini aku benar-benar menantikan kehadiranmu mentari, sedari tadi malam aku menunggumu. kau tahu,  entah berapa kali aku menengok ke jam digital pada telepon genggamku? berapa kali aku berpindah-pindah posisi di kapukku? berapa kali aku membuka gorden jendela kamarku demi menunggu hadirmu? sudah tak terhitung mentari.

meski terasa lama, tapi kau tetap hadir mengerjakan tugasmu. akhirnya, pagi ini kita kembali bertemu. terimakasih mentari.

kau tahu mengapa aku begitu menunggu kedatanganmu? tak lebih hanya karena aku ingin bercerita kepadamu, mentari. hanya kepadamu aku bisa berkeluh selain kepada Tuhanku.

dari kemarin mega merah muncul dari atas langit, dari kau mulai menenggelamkan wajahmu, hatiku juga terasa tenggelam mentari. aku begitu galau. lebih tepatnya luka. luka yang aku sendiri mencarinya, aku sendiri membuatnya, tentu hanya aku sendiri pula yang akan mengobatinya mentari.

kau tenang saja mentari, aku tak akan meminta pertolonganmu. aku tak akan juga menyuruhmu mengobati lukaku. hanya, aku ingin kau mendengarkan ceritaku. itu saja, tak lebih. aku tahu kau akan mendengarkan ceritaku dengan baik dan tentu kau simpan pula dengan baik.

mentari, semalam aku mencoba hal yang lebih gila lagi. aku coba menumpahkan apa yang kurasa kepada bayi lima bulan. aku menggendongnya kian kemari. mulai dari ruang 3 x 3 ku hingga ke beranda. dari beranda aku teruskan berputar-putar di halaman yang cukup luas.

tapi, tahukah kau mentari. semakin aku bersemangat menceritakan apa yang kurasakan, bayi itu semakin pula menangis. tangisnya tak biasa. aku juga sudah memohon kepadanya untuk tidak menangis, agar aku bisa menyelesaikan ceritaku. tapi bayi itu benar-benar menolak. bahkan aku berjanji, sampai pagi pun aku akan menggendongnya jika ia mau mendengar aku berkeluh. mentari, tapi bayi itu terlalu suci untuk mendengar keluh kesah tak mutuku.

akhirnya aku menyerah mentari. aku serahkan bayi itu kepada neneknya. aku kembali ke ruang 3 x 3 ku. mencoba mendamaikan hati dengan keadaan. tapi tak bisa. aku menyetel televisi, mengganti channel ini-itu, tetap saja mentari.

hampir di pertengahan malam aku melakukan yang tak biasa. aku menerima ajakan temanku untuk bermain play station. ah, tak pernah aku menyukai permainan ini. tapi demi membunuh malam aku lakukan. akhirnya tubuh lemah ini mengalah dengan rasa lelah. aku pun terlelap. hingga kita bertemu pagi ini mentari.

kurasa cukup ceritaku. tak perlu aku utarakan apa yang terjadi sebenarnya. aku hanya ingin kau tahu bahwa aku terluka. itu saja. terimakasih mentari, aku harap kau tak pernah bosan mendengar keluh-kesahku.

*18thSept'11, 06:33

0 comments:

Posting Komentar