dia satu-satunya yang kami punya

malam ini dia pergi. demi peruntungan yang lebih baik. soal kepergian, kami benar-benar khawatir. trauma mendalam semenjak kisah kakak sulung kami. tapi, sama sekali kami tak pernah menginginkan hal yang sama terjadi kepada saudara laki-laki satu-satunya yang kami punya. dia harapan kami. pembela kami.

sementara, aku lebih mengkhawatirkan dirinya daripada diriku sendiri. tak pernah kuingin dia juga ikut merantau. aku hanya ingin dia di rumah. menjaga orangtua kami. itu saja. tapi, pemahamanku keliru. bukankah si bujang sudah seharusnya merantau? laiknya budaya di ranah kami.

dia merantau lumayan jauh. ke negeri seberang. sehari sebelum keberangkatan dia memberi kabar. "Besok sore berangkat," ia mengirim pesan singkat kepadaku. tiba-tiba hati ini galau. ternyata dia benar-benar akan pergi. bukan pergi kemana-mana, hanya merantau. demi hidup yang lebih baik.

masih kental di ingatan, ketika ia mengirimkan pesan singkat kepadaku di lebaran tahun lalu. "Semoga lebaran tahun depan lebih baik," tulisnya. membaca pesan demikian dari dia, air mata mengalir deras di tebing pipiku. aku tahu dia merasa bersalah karena di hari lebaran dia masih tetap bekerja. tidak dapat berkumpul bersama kami. tak lain itu karena pekerjaannya yang dulu tak pernah menjanjikan yang lebih baik. tak hanya aku, kami semua menangis. kami benar-benar tahu bagaimana perasaanya.

dia tak banyak bicara. banyak diam. sekali bicara benar-benar membekas di ingatan kami semua. dia punya mimpi. tapi tak pernah mau dibantu. ia berusaha mewujudkan sendiri. ya, aku begitu bangga kepadanya.

senin, 20:30 pesan singkat dari dia kembali aku terima: "Semoga di sana bisa bekerja lebih baik, jaga kesehatan ya," hanya itu yang dia tuliskan.

sedih.. benar-benar sedih. dari dulu dia selalu mengkhawatirkan kesehatanku. aku balas pesan darinya:
"Shalat jangan pernah abai. tak ada yang dapat menolong kita selain DIA ketika kita jauh dari keluarga, saudara, teman, dan lainnya. Do'a terbaik selalu kukirimkan untukmu.," hanya itu yang aku tulis.

"Terimakasih banyak. kita sama-sama mendo'akan," balasnya.

huft... benar-benar berat. Ya Rabb, tolong jaga dia. satu-satunya yang kami punya. Amin.

*) 27sept11, 7:18

0 comments:

Posting Komentar