karena kamu belum wisuda

sejak kapan kita bersahabat?
sejak kamu bilang,  karena aku belum wisuda.

lebih kurang delapan belas bulan lalu, perempuan itu mengeluarkan kalimat yang tanpa disadarinya begitu mengenai perasaan sahabatnya. kenapa tidak, dengan kalimat tadi ia telah membuat seseorang begitu sensitif. tanpa ia sadari ia telah melukai hati sahabatnya.

memang, bukan itulah tujuan dari kalimat yang ia lontarkan. tapi, niat yang ada dalam hati apabila ditujukan ke hati yang lain tak selalu diterima dengan persepsi yang sama.

mungkin saja, sahabatnya merasa ia begitu angkuh. mungkin juga sahabatnya itu merasa tak perlu perempuan itu mempermasalahkan kuliahnya. bukan urusan perempuan itu.

tapi, waktu itu situasi memaksa perempuan itu untuk berkata demikian. tak ada pilihan lain untuk jawaban yang lain. ia tak berani mengemukakan alasan sebenarnya. ia terlalu takut. takut alasannya tak bisa diterima, bahkan menghancurkan segala yang sangat baik yang telah ada.

alasan belum wisuda, hanyalah alasan sekenanya. alasan tanpa perlu pikir panjang ia untuk mengucapkan. nah, kenapa pula ia harus menyampaikan alasan demikian. dari kedalaman hatinya perempuan itu hanya ingin, jika memang ada niat baik dari sahabatnya itu, maka ia berharap alasan tersebut menjadi pemacu semangat sahabatnya. semangat untuk segera menyelesaikan salah satu tanggung jawabnya untuk menamatkan studi di perguruan tinggi di kota tercinta itu. tanggung jawab kepada siapa? bukan kepada siapa-siapa, hanya tangung jawab kepada dirinya sendiri. alah.. ternyata keinginan perempuan itu terlalu jauh dari jalur rencana.

di suatu malam, sahabatnya itu kembali meyakinkan, "Jadi, karena memang aku belum wisuda ya?" perempuan tadi sulit mengelak. sulit untuk menjawab. ia atau tidak. keduanya jawaban yang sulit. tapi, ia harus menjawab. "iya, salah satunya," jawabnya singkat.

mulai malam itulah secara tak sadar ia telah merubah segalanya. merubah segala yang sangat baik. menjadi baik saja. patut diacungi jempol, sahabatnya tak pernah mencoba merubah sikap sejak empat kata itu. ia masih setia kapan saja perempuan itu membutuhkan pertolongan.

sejak pertama berkenalan dengan sahabatnya, perempuan itu mulai menjadi perempuan yang sangat ketergantungan. bergantung pada pertolongan. sahabat yang tak pernah menolak. selalu ada. tapi, apakah persahabatan hanya dinilai dari pertolongan itu saja? tentu tidak.

sejak kalimat yang hanya terdiri dari empat kata itu, hubungan silaturahim yang awalnya sangat baik, menjadi hilang sangatnya. tinggallah hubungan baik saja.

apakah perempuan tadi menyesal? apakah perempuan tadi merasa kehilangan? pertanyaan itu patut menyeruak. ketika pertanyaan itu ditujukan kepadanya, perempuan itu cukup butuh waktu untuk menjawab.ya, kembali lagi ke persoalan waktu.

kini, waktu telah menjawab. jawaban atas perempuan tadi, jawaban pula untuk sahabatnya. tepat hari ini, sahabatnya itu telah wisuda. tentu wisuda bukan karena alasannya lalu. dari kejauhan perempuan tadi turut merasa bahagia. sahabatnya telah menunaikan tanggung jawabnya, bukan tanggung jawab kepada perempuan itu, bukan pula kepada siapa-siapa. melainkan kepada dirinya sendiri.

selamat..
mohon maaf atas empat kata
selamat berbahagia
semoga ilmunya berguna
kita pun akan tetap bersahabat
seperti yang pernah dikata, tak ada yang namanya mantan sahabat
terimakasih atas pertolongan yang tak pernah terbalaskan


*)rukan panggung, 11th June 11

0 comments:

Posting Komentar