hanya Engkau yang pantas

Tuhan,
memang tak ada kepantasan bagiku memohon kepada siapapun
tiada yang bisa mengerti selain Engkau
tiada yang paham kecuali Engkau

tak seharusnya aku mengeluh kepada siapapun
tak sebaiknya aku meminta kepada makhlukMu
hanya Engkau yang pantas

Tuhan,
di siang ini aku merasa sendiri
ku sampaikan doa penuh harap;
Engkau masih mendekapku
Engkau masih bersamaku
tak ada kasih sayang abadi
kecuali dari Engkau

jadikan aku makhlukMu yang bertawakal
tidak larut dalam kesedihan
tidak lemah karena air mata
Ya Allah Ya Qawiyy
Engkau yang Maha Kuat dan menguatkan
wahai Sang pembolak-balik hati
kuatkanlah hati ini

Amin Allahumma Amin

Angka berJarak

Kita berjarak 1.664 km. Kita berbeda waktu 1 jam. Kalau ingin bertemu, kita mesti menempuh 3 pulau, Apabila hendak saling melepas rindu kita butuh rupiah kira-kira sebanyak 3 juta. Setiap kali mau bercengkrama, saling mendengar suara, kita butuh pulsa. Entah berapa, mungkin 5 ratusan ribu untuk kita berdua tiap bulannya. Apalagi? Masih banyak.

Ah, itu hanya angka. Meski angka selalu ditakdirkan untuk dihitung, tapi untuk kondisi ini tak perlulah kita menghitung. Tak ada guna. Bukankah ia apabila sudah habis dapat dicari lagi. Yang perlu hanyalah bagaimana angka itu mencipta bahagia. Bahagia karena apa? Karena kita telah membuatnya menjadi tak biasa. Luar biasa, tepatnya. Dengan cinta berbiaya tinggi kita telah memuliakan hubunga kita.

Tak banyak yang bisa melakukan. Tak banyak pula yang bisa bertahan. Mari kita buktikan. Bahwa cinta kita patut diperjuangkan. Patut pula melakukan pengorbanan. Tak ada alasan lain, selain karena kita memang benar-benar ingin menjaganya. Membuat dia berharga.

Bukan berarti pula kita mengagung-agungkan angka yang telah kita keluarkan. Tapi berusaha berlaku semampu kita. Tak ada kondisi untuk memaksakan. Kecuali kerelaan. Satu sama lain. Saling memberi dan menerima. Saling berkorban dan dikorbankan. Percayalah, tak akan ada yang sia-sia. Akan tiba waktunya memetik buah dari pengorbanan yang sama-sama telah kita tanamkan. Tak akan ada orang lain yang akan memetiknya, melainkan kita. Kita yang telah bersusah payah menanamnya, merawatnya, tentu kita pula yang pantas untuk memetiknya. Bersabarlah..


Salam berjarak, Ujung Bori 17th dec 11.

Hati-hati, Jangan Menyakiti

Cinta sejati tak pernah menyakiti. Apabila sempat menyakiti  pada akhirnya kita akan merasakan sakit yang lebih sakit lagi. Memang, apa yang telah kita lakukan pastinya akan berbalas. Belajarlah untuk hati-hati dalam bertindak. Tengok ke kiri ke kanan, depan dan belakang. Adakah yang akan tersakiti.

Jangan sampai. Jangan sampai menyakiti orang lain. Apalagi dia adalah orang yang sangat kita sayangi. Ketika menentukan pilihan, cobalah berpikir lebih jauh. Sekasib apapun waktunya, jangan tergesa dalam memutuskan. Apa pun alasannya, belum tentu alasan kita bisa diterima dengan baik oleh orang-orang disekitar kita.

Apalagi orang yang kita sayangi. Ia akan berpikir lebih dibanding orang biasa di sekitar kita. Prioritaskanlah untuk memikirkan perasaannya. Meskipun dalam kondisi bak makan buah simalakama. Sekali lagi berhati-hatilah. Jika tak hati-hati dan kita salah dalam memilih, ia akan merasa dikorbankan. Disakiti dan benci. Itu semua hanya karena satu alasan, sayang. Ia benar-benar menyayangi kita.

Tak patut kita balik membenci dia. Tak patut pula menyalahkan sikapnya yang seolah berlebihan. Karena sepantasnya demikian. Bukankah kita telah menempatkan ia sebagai orang yang kita sayangi. Kita juga telah menjadikan ia sebagai seseorang yang begitu berarti dalam hidup ini. Jadi, sudah sepantasnya pula ia menginginkan yang lebih. Tak ingin diabaikan atas pilihan kita terhadap yang lain.

Dalam situasi seperti ini, sepertinya tidak ada lagi yang dapat dilakukan selalin meminta maaf, menyesali perbuatan, dan berjanji untuk berubah. Terlepas dari ada pentingnya atau tidak untuk melakukan ini, mungkin cukup melegakan bagi kita yang telah terlanjur berbuat salah. Hanya berharap ketulusan hati si pemberi maaf. Bukan memaafkan dengan pura-pura dengan alasan tak ingin memperpanjang masalah. Sikap seperti ini lebih menyakitkan lagi. Secara tidak langsung, ketika orang yang kita sayangi berlaku seperti ini, sebaliknya ia telah menyakiti kita. Jauh lebih sakit. Dibalik kealpaan kita dalam menentukan sikap yang tentunya tidak dibuat-buat. Pantaskah kita menerima balasan seperti ini? []

*ujung bori dalam hujan yang tak henti.