-Dewi Lestari-
Ribuan detik kuhabisi
Jalanan lengang kutentang
Oh, gelapnya, tiada yang buka
Adakah dunia mengerti?
Miliaran panah jarak kita
Tak jua tumbuh sayapku
Satu-satunya cara yang ada
Gelombang tuk ku bicara
Tahanlah, wahai Waktu
Ada "Selamat ulang tahun"
Yang harus tiba tepat waktunya
Untuk dia yang terjaga menantiku
Tengah malamnya lewat sudah
Tiada kejutan tersisa
Aku terlunta, tanpa sarana
Saluran tuk ku bicara
Jangan berjalan, Waktu
Ada "Selamat ulang tahun"
Yang harus tiba tepat waktunya
Semoga dia masih ada menantiku
Mundurlah, wahai Waktu
Ada "Selamat ulang tahun"
Yang tertahan tuk kuucapkan
Yang harusnya tiba tepat waktunya
Dan rasa cinta yang s'lalu membara
Untuk dia yang terjaga
Menantiku
Selamat Ulang Tahun
Posted by
tutihandriani
on Jumat, 16 November 2012
/
Labels:
catatan,
selamat ulang tahun
/
Comments: (0)
Enam November 2012
Enam November 2012,
Kita begitu berani memulai, kenapa begitu khawatir ketika ia harus berakhir? Satu alasan, rasa. Aku yakin rentetan pembelaan, cercaan dan penghakiman hanyalah luapan emosi yang tanpa teriring perasaan dan pemikiran jernih. Selama emosi tak kunjung reda, beribu sumpah serapah, caci-maki tak akan terbendung diluapkan.
Percayalah, sebentar lagi ia akan mereda. Ibarat api yang sebesar apa pun membakar, lama pun lambat ia akan redup. Dan padam. Saat seperti inilah penyesalan akan datang. Satu sama lain akan mengutuk diri sendiri. Mengapa ini harus terjadi. Mengapa saya harus seperti tadi. Mengapa kamu melakukannya
Aku siap. Siap menerima kenyataan setelah emosi kita sama-sama lenyap. Ada hikmah setelah ini. Pasti. Untuk saat ini apa yang telah kita mulai sudah selesai. Setelah ini ia akan bisa dimulai lagi dengan suasana yang baru bahkan ia akan benar-benar kita bungkus rapi dan tak akan pernah dibuka kembali.
Kamu pilih mana?
Serahkan pada waktu. Seperti yang kita percayai dari dulu, waktu itu mampu melakukan segala hal. Ia bisa merubah keadaan, ia bisa membuat baik dan buruk. Dan waktu mengantar kita kepada tujuan.
Masihkah tujuan kita sama?
Kita begitu berani memulai, kenapa begitu khawatir ketika ia harus berakhir? Satu alasan, rasa. Aku yakin rentetan pembelaan, cercaan dan penghakiman hanyalah luapan emosi yang tanpa teriring perasaan dan pemikiran jernih. Selama emosi tak kunjung reda, beribu sumpah serapah, caci-maki tak akan terbendung diluapkan.
Percayalah, sebentar lagi ia akan mereda. Ibarat api yang sebesar apa pun membakar, lama pun lambat ia akan redup. Dan padam. Saat seperti inilah penyesalan akan datang. Satu sama lain akan mengutuk diri sendiri. Mengapa ini harus terjadi. Mengapa saya harus seperti tadi. Mengapa kamu melakukannya
Aku siap. Siap menerima kenyataan setelah emosi kita sama-sama lenyap. Ada hikmah setelah ini. Pasti. Untuk saat ini apa yang telah kita mulai sudah selesai. Setelah ini ia akan bisa dimulai lagi dengan suasana yang baru bahkan ia akan benar-benar kita bungkus rapi dan tak akan pernah dibuka kembali.
Kamu pilih mana?
Serahkan pada waktu. Seperti yang kita percayai dari dulu, waktu itu mampu melakukan segala hal. Ia bisa merubah keadaan, ia bisa membuat baik dan buruk. Dan waktu mengantar kita kepada tujuan.
Masihkah tujuan kita sama?
![]() |